Sebuah Essai Untuk Melamar Kamu *ohh.. beasiswa
Essai
Untuk Melamar Beasiswa Karya Salemba Empat
Saya Reza Ardiansyah Saputra, lulusan
SMKN 62 Jakarta jurusan Administrasi Perkantoran. Sedikit berbicara mengenai
cita-cita, saya berkeinginan menjadi guru Administrasi Perkantoran ketika masih
duduk di bangku kelas 10. Namun, seiring makin bertambahnya ilmu mengenai
perkantoran dan sekolahpun memfasilitasi akan ruang lingkup perkantoran,
keinginan saya menjadi guru pun kian surut. Teori-teori mengenai Administrasi
Perkantoran, Praktek Kejuruan, Praktek Kerja Lapangan, dan sebagainya,
merupakan siklus yang saya jalani dengan senang hati. Bayangan saya pun berubah
akan masa depan. Angan-angan mengajar di depan kelas dengan seragam ala Guru,
berganti menjadi pandangan agak realistis, duduk di belakang monitor ditemani
tumpukan arsip dan telepon kantor, lengkap dengan berseragam rapih sesuai
budaya grooming yang ditanamkan sejak SMK.
Keterbukaan terhadap pergaulan dan
lingkungan, membuat saya mengalami proses pendewasaan diri hingga menyadari
bahwa, kuliah itu penting. Kebutuhan dunia industri dan kantor akan pekerja
yang telah lulus program studi atau sertifikasi tertentu, seakan mempersempit
peluang lulusan Administrasi Perkantoran untuk terjun langsung menjadi karyawan
kantor tanpa harus menempuh pendidikan lanjutan. Angan-angan mengajar yang
sempat sirna menjadi bangkit kembali untuk mengantisipasi persoalan tersebut.
Singkat cerita, saya tidak lolos
SNMPTN pada tahap pertama, yaitu seleksi nilai rapot. Bukannya menjadi pematah
semangat, justru menjadi pendongkrak semangat untuk menghadapi SBMPTN. Jujur
saja, sebagai siswa SMK yang baru memiliki keinginan berkuliah pada semester
akhir, saya buta mengenai apa itu SBMPTN. Oleh karena itu, saya banyak bertanya
kepada para sahabat -baik di SMK maupun di tempat lain- mengenai soal-soal
SBMPTN, cara memilih jurusan yang baik, dan sebagainya.
Alasan Pemilihan Jurusan
Usaha memang tidak akan mengkhianati
hasil. Berkat belajar keras dan selalu berdo'a, saya lolos SBMPTN dan diterima
dijurusan pilihan pertama, yaitu PGSD UNJ. Mengapa saya memilih PGSD UNJ?
1.
Passing
grade PGSD UNJ untuk SBMPTN 35%. Dengan daya tampung 36 (Th 2015) dan peminat
2,257 (Th 2016), membuat saya berpikir untuk menempatkannya pada posisi pertama
agar saya termotivasi untuk terus belajar.
2.
Awalnya
saya sempat berkeinginan memilih IAI UNJ. Tetapi keluarga tidak memperbolehkan
dan malah sangat mendukung saya untuk memilih PGSD UNJ. Mengingat rekam jejak
kakek saya -dari Ibu- adalah seorang guru SD. Jadi menurut mereka ada yang
harus melanjutkan beliau, yaitu saya.
3.
Saya
berpikir jurusan PGSD memiliki prospek kerja yang baik. Harapan untuk bisa
mengajar di SD Negeri juga cukup terbuka. Melihat banyaknya guru SD Negeri yang
saat ini mendekati usia pensiun. Jadi, saya berpikir akan banyak SD Negeri yang
membutuhkan pengajar baru di masa mendatang.
4.
Terakhir,
alasan saya memilih jurusan PGSD UNJ karena teman-teman SMK saya yang lolos
tahap pertama SNMPTN banyak yang memilih jurusan PGSD UNJ.
Alasan lain
saya memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yaitu karena ingin merubah
nasib. Kedua orang tua saya merupakan lulusan SMEA. Menurut mereka, saya
sebagai anak pertama haruslah menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari
mereka. Dukungan dan motivasi yang mereka berikan lebih condong agar saya
berkuliah ketimbang bekerja. Mereka percaya bahwa dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, peluang bekerja akan lebih terarah dan penghasilannya lebih
tinggi. Terlebih Ayah saya, beliau tak ingin bila saya meneruskan pekerjaannya
sebagai satuan pengamanan. Beliau membebaskan saya untuk bercita-cita dan
menjadi apa yang saya inginkan. Asalkan harus lebih dari yang telah beliau
capai saat ini. Saya dianjurkan untuk memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar karena beliau beranggapan masa depan saya akan lebih jelas dan peluang
menjadi PNS cukup terbuka.
Tak jauh
berbeda dengan Ibu, beliau lebih mengarahkan saya untuk memilih jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ketimbang jurusan lainnya. Sempat saya berdebat
dengan beliau mengenai pemilihan jurusan. Dulu saya sempat berkeinginan menjadi
sastrawan Indonesia, sehingga menempatkan pilihan Sastra Indonesia - UI pada
urutan kedua SBMPTN. Berbagai pertanyaan yang ia lontarkan, seperti akan
menjadi apa saya nantinya, seperti apa peluang kerja untuk satrawan, dan
berbagai pertanyaan serupa yang menjadi pertimbangan saya untuk menempatan
pilihan Sastra Indonesia - UI pada urutan kedua.
Kebingungan
sempat melanda saya untuk menentukan jurusan apa yang akan saya tempatkan pada
urutan pilihan pertama SBMPTN. Berbagai opsi saya ajukan kepada Ibu untuk
kemudian beliau tanggapi. Begitu saya ungkapkan bahwa saya tertarik dengan
jurusan Ilmu Agama Islam - UNJ, beliau langsung melontarkan kepada saya beragam
pertanyaan, seperti seberapa dalam wawasan keislaman saya, berapa banyak
hafalan Al-Qur'an juga Hadist saya, dan beragam pertanyaan serupa yang membuat saya
mengambil keputusan menempatkan jurusan PGSD pada urutan pilihan pertama SBMPTN
karena tidak bertolak belakang dengan pemikiran beliau. Sebab saya paham, bahwa
ridho Allah tergantung pada ridho orang tua, utamanya Ibu.
Ibu selalu
mengingatkan saya untuk fokus berkuliah. Bahkan ketika saya memiliki kehendak
untuk bekerja, beliau bertanya-tanya alasan mengapa ingin bekerja, bagaimana
nanti mengatur waktu kuliah dengan bekerja, dan berbagai pertanyaan serupa yang
membuat saya semakin sadar bahwa beliau sangat menyayangi saya hingga sedikit
'tak rela' bila saya kecapean karena kuliah sambil bekerja. Anggapan beliau,
keluarga saya masih mampu untuk membiayai kuliah saya sampai lulus tanpa harus
saya bekerja. Beliau juga berkata kepada saya bahwa masa muda saya baiknya
diisi dengan berkuliah agar dewasa nanti saat bekerja tak repot-repot lagi
terbebani pikiran untuk berkuliah dikarenakan tuntutan profesi yang diminati.
Kendati demikian, saya harus bekerja atau mendapatkan beasiswa agar bisa
membayar Uang Kuliah Tunggal untuk jurusan PGSD, pilihan jurusan yang telah
melalui kesepakatan keluarga saya.
Kebutuhan Beasiswa
Seusai melakukan daftar ulang, saya
mendapatkan UKT golongan IV, yaitu sebesar Rp3,800,000. Awalnya saya kaget dan
ingin menjalani proses sanggah. Tetapi orang tua tidak ingin repot menjalani
proses sanggah. "Syukur-syukur udah dapat Negeri. Gak perlu lah repot-repot
sanggah segala. Terima saja," begitu ucap Ayah saya kala itu. Ketika itu
memang bisa dibilang keluarga saya sedang 'banyak uang'. Jadi santai-santai
saja menanggapi UKT golongan IV. Padahal kondisi saat itu, kedua adik saya
masing-masing baru masuk SMA dan SMK, sedangkan saya baru masuk kuliah. Barulah
sejak bayaran sekolah dan kuliah untuk pertama kalinya, orang tua menyadari
bahwa UKT golongan IV memberatkan kami.
Mendekati waktu pembayaran UKT
semester 106, orang tua saya kebingungan karena memang sebelumnya tidak
mempersiapkan uang. UKT gol IV semakin terasa memberatkan keluarga saya
menyusul penyesuaian UKT, yakni gol IV naik Rp100,000. Berhubung Ibu saya
memiliki jatah harta warisan, untuk membayar UKT, jumlah tersebut dibayarkan
dari harta warisan Ibu saya. Saya sangat menyayangkan keputusan tersebut. Maka
dari itu, saya membutuhkan beasiswa untuk mengatasi mahalnya jumlah UKT yang
saya terima. Karena saya sadar tak selamanya orang tua saya menyimpan uang yang
cukup untuk membayar UKT.
Sempat beberapa kali muncul keinginan
untuk bekerja. Mencari part time, atau pekerjaan freelance yang bisa diatur
antara jadwal kerja dan jadwal kuliah. Lamaran part time pertama saya setelah
lulus, saya ajukan ke PT. Gramedia. Part time saya ajukan untuk kurun waktu 3
bulan, yakni Juni - Agustus 2016. Informasi terkait part time dari PT. Gramedia
menjelaskan, bahwa apabila lamaran diterima, maka pihak gramedia akan
menghubungi melalui sms atau email pada akhir Mei. Ternyata saya tidak
dihubungi. Menandakan bahwa lamaran saya tidak diterima.
Semangat untuk melamar pekerjaan masih
membara. Selanjutnya, bukan lamaran part time yang saya buat, melainkan lamaran
pekerjaan. Lamaran pekerjaan pertama saya setelah lulus saya ajukan ke PT.
Indomarco Pristama (Indomaret). Dua buah surat lamaran pekerjaan -dengan
tanggal dan tempat melamar yang berbeda-, saya buat dan ditujukan kepada
Manager Human Resourse Dapartement PT. Indomarco Pristama. Tanggal 17 Juli 2016
merupakan kali pertama saya melamar pekerjaan dengan tahap wawancara pada hari
yang sama. Disebabkan kurang focus dan terlalu bersemangat, saya malah
mendatangi Indomaret cabang Jl. Muchtar Raya Kel. Pengasinan Kec. Pengasinan.
Padahal di hari itu interview (wawancara) bertempat di Indomaret cabang Jl.
Raya Citayam Kel. Depok Kec. Pancoran Mas. Tak mau menyiakan-nyiakan waktu,
saya bersama seorang teman berangkat menuju tempat yang menjadi lokasi
wawancara. Sesampainya di sana, ternyata formulir telah habis karena waktu
telah menunjukan pukul 09.00 WIB. Padahal wawancara mulai dibuka pukul 08.00
WIB.
Pada tanggal 21 Juli 2016, barulah wawancara dilaksanakan di Indomaret cabang
Jl. Muchtar Raya Kel. Pengasinan Kec. Pengasinan., yang sempat saya datangi
waktu yang lalu. Belum sampai proses wawancara, saya sudah mengurungkan niat
untuk bekerja di Indomaret. Formulir telah ditangan dan surat pernyataan
kesediaan telah saya baca. Surat tersebut menegaskan beberapa peraturan yang
memberatkan saya, yaitu sebagai berikut.
1. Melaksanakan tugas di luar jam yang
sudah ditetapkan
2. Kost bila tempat jauh dari rumah
3. Mengikuti sistem shift (ada 2 & 3
shift)
4. Bersedia tidak kuliah dan menikah
selama terikat kontrak di PT. ACL
Tak hanya
sampai di situ. Kini saya sedang mengumpulkan informasi dan dokumen-dokumen
penunjang untuk nantinya melamar kerja temporer untuk event Jakarta Fair
Kemayoran 2017. Tak bisa saya pungkiri, berlangsungnya perkuliahan efektif
berimbas pada kebutuhan yang semakin bervariasi sehingga pengeluaran semakin
bertambah. Itulah yang menjadi faktor mengapa saya berniat untuk melamar
pekerjaan.
Dua buah
perusahaan yang membuka lowongan kerja temporer event Jak Fair 2017 menjadi
target pengiriman surat lamaran kerja saya, tentulah untuk merealisasikan
keinginan saya bekerja. Kedua perusahaan tersebut berturut-turut PT Jakarta
International Expo dan
PT Hasta Ayu Nusantara.
Untuk perusahaan pertama, saya memilih posisi Information Officer. Pemilihan
tersebut dilandasi karena saya yakin memiliki kemampuan public speaking yang
mempuni. Sedangkan untuk perusahaan kedua saya memilih posisi Team Leader.
Alasannya karena saya yakin memiliki bekal leadership yang cukup untuk
diterapkan dalam posisi tersebut. Semoga saja saya bisa diterima bekerja
temporer di salah satu dari kedua perusahaan tersebut.
Selagi belum
mendapat beasiswa, beragam cara saya coba terapkan untuk mengumpulkan uang agar
kebutuhan pribadi dapat saya penuhi sendiri, tidak selalu bergantung pada
penghasilan orang tua. Mulai dari menjual sticker PGSD hasil desain sendiri,
sampai menjajakan Alat Tulis Kantor (ATK) seperti pulpen dan tipe-x di kampus E
UNJ saya lakukan dengan tujuan melatih kemampuan atau potensi berwirausaha
dalam diri saya.
Keuntungan ditambah modal saya berwirausaha,
saya gunakan sebagian untuk menutupi kekurangan pembayaran Buku Tahunan SMK
saya angkatan 2016, dan sebagian lagi saya siapkan untuk membuat SIM C.
Pembuatan SIM C saya maksudkan untuk melamar kerja menjadi driver ojek online. Pandangan
saya, menjadi driver ojek online akan memberi banyak keuntungan sambil mengisi
waktu kosong usai mata kuliah ataupun hari libur. Dengan begitu saya akan
memiliki penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan kuliah saya, tentunya
tanpa menadang lagi kepada orang tua.
Banyak
memang yang menjadi angan-angan saya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa
terus meminta kepada orang tua. Tetapi tak saya pusingkan. Saya lebih memilih
memperbanyak berdoa dan berusaha untuk mewujudkan angan-angan saya satu per
satu. Sebenarnya ada beberapa yang saya takutkan bila sudah bisa mencari uang
sendiri. Salah satunya yaitu pekerjaan bisa membuat lupa akan pendidikan. Kalau
suatu pekerjaan agaknya menjamin kehidupan sampai tua nanti, tak apa lah. Tapi
apabila hanya sekedar memenuhi kebutuhan pribadi, tanpa berorientasi memenuhi
kebutuhan orang tua, dan keluarga baru nantinya (istri, mertua, hingga anak),
tak enak rasanya bila tak beranjak naik ke pekerjaan yang penghasilannya lebih
besar. Yang saya tangkap dari beberapa teman saya -yang telah mendapat gaji
atau upah hasil keringat sendiri- mayoritas lupa akan pendidikan. Tak ada yang
salah terhadap yang teman-teman saya lakukan. Mereka hebat karena berani
mengambil langkah dan berjuang untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, yang saya
tidak ingin jika saya bekerja, semangat untuk berkuliah luntur terkikis oleh
penghasilan yang di dapat dari bekerja.
Saya menyadari kapasitas diri saya terbatas
untuk menyanggupi pekerjaan bergaji besar yang menyita banyak waktu, sebab saya
berkuliah reguler bukan kelas karyawan. Akan tetapi semangat bekerja harus
tetap tertanam dalam sanubari saya dan jangan sampai lepas dari akarnya,
dikarenakan kesadaran bahwa tak selamanya orang tua mampu membiayai total
kuliah dan kehidupan saya sehari-hari. Tak pernah ada paksaan
dari keluarga agar saya kuliah sambil bekerja. Namun hal itulah yang menjadi
impian saya.
Di samping
semangat untuk bekerja yang sedang membara, kini semangat untuk mencari
beasiswa pun tak kalah nyala apinya. Tiap kali teman membuka pembicaraan
mengenai beasiswa, tiap kali pula rasa keingin tahuan saya menggebu-gebu. Tiga
atau lebih pertanyaan biasanya saya ajukan guna menggali informasi yang saya
butuhkan. Perhatian lebih saya khususkan untuk pesan siaran (broadcast
message), dan akun-akun beasiswa yang telah ada di berbagai media sosial.
Twitter misalnya. Akun-akun beasiswa sengaja saya aktifkan pemberitahuannya
agar tiap kali mereka mengunggah sesuatu, informasi tersebut tidak saya
lewatkan.
Media sosial
memang memberi banyak informasi terkini perihal beasiswa, tetapi tidak semuanya
benar. Mengapa saya katakan demikian? Sebab saya pernah menyebar luaskan
informasi beasiswa yang tidak benar. Pernah suatu waktu saya membaca timeline
salah satu media sosial, yakni Line. Salah seorang teman membagikan informasi
mengenai beasiswa Bank Indonesia. Tanpa pikir panjang dan penelusuran lebih
lanjut mengenai benar salahnya informasi tersebut, saya menyebarluaskan dengan
niatan membantu teman-teman senasib. Lebih dari sepuluh grup Line telah
menampung informasi salah yang saya sebar luaskan. Sebab keterangannya
menyatakan harus membagikan ke semua grup Line, selanjutnya mengetik kode
tertentu, dan jika telah dilaksanakan semuanya akan secara otomatis masuk grup
Line beasiswa. Selang beberapa menit, ucapan terima kasih bertebaran saya
terima. Begitu pula dengan beberapa pertanyaan terkait. Bahkan, ada pula
beberapa teman yang melakukan hal yang sama dengan saya. Yakni membagikan ke
semua grup Line. Harapan mereka mungkin saja sama atau lebih besar dari saya
untuk bisa menjadi penerima beasiswa dengan cara yang instan -tanpa banyak
persyaratan dan membuat essay-.
Seorang
teman baiknya saling mengingatkan dalam kebaikan maupun keburukan. Untungnya
saya memiliki teman yang seperti itu disaat kesalahan saya malah mendapat
respon posiitif dan ucapan terima kasih. Ketika saya hampir terbang karena
disanjung, seorang teman ibarat menarik lengan saya sebagai bentuk penyadaran
bahwa tak boleh menyebarluaskan informasi yang tidak benar dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan kejelasannya. Ia mengirimkan informasi yang benar
mengenai beasiswa Bank Indonesia 2017 bahwa syarat minimal penerima beasiswa
tersebut haruslah mahasiswa semester 4, dan membuat essay dengan ketentuan yang
diberlakukan. Dua grup line -dengan kami di dalamnya- pun ia kirimkan informasi
yang benar dengan tujuan memulihkan informasi yang telah teman-teman kami
tangkap agak tidak terjadi kerancuan dan salah tafsir. Rasa malu akibat
kesalahan tersebut saya jadikan pelajaran berharga untuk tidak menyebarluaskan
informasi yang belum jelas kebenarannya. Khususnya mengenai beasiswa, yang mana
banyak yang membutuhkannya.
Saat
informasi mengenai beasiswa KSE datang -ketika itu masih libur kuliah-, langkah
pertama yang saya lakukan mencari tahu kebenarannya. Tak mau saya mengulangi
kesalahan yang sama. Akun beasiswa KSE di twitter yang telah saya ikuti jauh-jauh
hari sebelum informasi tersebut sampai ke saya, juga mengunggah hal yang sama.
Ketua angkatan saya pun gencar menyebarluaskan informasi mengenai penerimaan
beswan KSE UNJ. Penasaran saya pun berlanjut dengan mengikuti akun instagram
Paguyuban KSE UNJ. Dan lagi-lagi akun tersebut mengunggah informasi yang sama.
Jelas sudah dari berbagai media sosial bahwa beasiswa KSE sedang membuka
pendaftaran bagi calon penerima atau biasa disebut beswan.
Tak mau
menunda pekerjaan, ketika masih libur saya sudah sibuk mengejarkan essay dan
mengumpulkan persyaratan yang telah ditentukan oleh Paguyuban KSE UNJ.
Membongkar lemari surat, bolak balik ke tempat fotocopy, dan bergaul dengan
laptop merupakan beberapa kegiatan saya untuk mempersiapkan segala yang menjadi
persyaratan. Bagi saya, menulis merupakan persoalan melawan rasa malas dan
mengembangkan kreatifitas. Tak mudah bagi saya untuk menulis selain dengan
bahasa yang saya pahami, waktu luang yang banyak, dan tempat yang jauh dari
kata 'ramai'.
Menulis
merupakan aktifitas sadar. Lewat tulisan, kita mencoba mengekspresikan sesuatu.
Hal ini sebenarnya tak perlu kursus yang berkesinambungan, membeli banyak buku
kiat-kiat menulis atau bahkan selalu menghadiri seminar mengenai menulis.
Ibarat berenang, jika seseorang hanya melihat secara langsung atau video
berenang tanpa mencobanya, dapat dipastikan orang tersebut tak akan bisa
berenang. Perlu keberanian untuk mulai mencoba. Yang perlu dilakukan agar bisa
menulis adalah menulis.
Dari zaman
ke zaman, menulis merupakan cara untuk mengabadikan sesuatu. Kita dapat
mengetahui sejarah berkat tulisan. Pada kehidupan masa lalu, masa manusia
dibedakan menjadi 2, yakni masa manusia belum mengenal aksara atau tulisan dan
masa dimana manusia sudah mengenal aksara atau tulisan. Masa dimana manusia
belum mengenal aksara atau tulisan disebut juga dengan zaman praaksara,
sedangkan masa dimana manusia sudah mengenal tulis disebut dengan zaman aksara.
Aksara sendiri merupakan suatu simbol visual pada suatu media (batu, kain,
kayu, dan lainnya) sebagai bentuk mengekspresikan sesuatu. Secara etimologis
aksara berasal dari bahasa Sanskerta yakni akar kata a- (tidak) dan kshara
(termusnahkan). Sehingga dapat disimpulkan aksara merupakan sesuatu yang tidak
termusnahkan. Dikatakan tidak termusnahkan karena peran aksara dalam
mendokumentasikan suatu peristiwa dalam bentuk tulis memberikan pengaruh yang
sangat besar.
Seiring
berkembangnya teknologi, telepon pintar memberikan kemudahan untuk menulis dan
berbagi apa yang kita tulis. Kendati demikian, telepon pintar lebih banyak
digunakan untuk membaca atau bahkan bermain game. Bagian menulis hanya
dilakukan untuk membalas pesan atau memberi judul (caption) pada unggahan.
Menulis acap kali diasumsikan bidang keahlian pembuat novel, jurnalis, notulis,
dan sebagainya. Padahal, setiap orang punya potensi menjadi penulis dan
menciptakan suatu karya yang terabadikan.
Untuk bisa
menulis, terlebih dahulu seseorang harus bisa membaca. Urutan tersebut tidak
dapat diputarbalikan. Semakin banyak membaca, maka akan semakin banyak
pembendaharaan kata yang seseorang miliki. Selaras dengan hal itu, berarti
dengan banyak membaca, seseorang akan dengan sendirinya mudah untuk menulis.
Sejatinya, penulis bukanlah seorang yang jago menulis atau pernah membuat buku,
melainkan penulis adalah seorang yang terus menulis. Banyak karya yang bisa
dihasilnya melalui keterampilan menulis, seperti novel, autobiografi, biografi,
karya tulis ilmiah, lirik lagu dan banyak lagi. Dalam skala kecil, karya yang
bisa dihasilkan pun cukup banyak, seperti puisi, pantun, prosa, memo, dan
banyak lagi. Yang terpenting adalah berani melawan rasa malas untuk menulis mulai
dari hal-hal dalam skala kecil, karena kita bisa sekaligus mempersiapkan diri
agar bisa menulis dalam skala besar, seperti skripsi.
Tulisan yang
dipublikasikan kurang lebih memiliki maksud agar dilihat orang banyak. Di
sinilah letak permasalahannya. Di era modern ini, berita bohong atau sering
disebut hoax, bertebaran di mana-mana. Tulisan yang dipublikasikan telah banyak
melalui manipulasi dari kejadian sebenarnya. Media elektronik, cetak dan sosial
tak luput dari 'jurnalis jahat' yang tak bertanggung jawab terhadap apa yang ia
publikasikan. Sadar atau tidak, kini tulisan kerap kali digunakan untuk saling
menjatuhkan, merusak nama baik, atau bahkan memulihkan nama baik pihak yang
melanggar hukum. Hal tersebut mereka lakukan dengan cara membuat tulisan yang
elegan, dan terus-menerus sehingga mempengaruhi pola pikir pembaca untuk
mempercayai atau tidak mempercayai sesuatu. Sejarah pun dibuat rancu akibat
tulisan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan karena ditulis oleh pemegang
kekuasaan. Negeri ini membutuhkan teramat banyak penulis yang jujur pada setiap
tulisannya. Andai saja setiap penulis memiliki sikap jujur, pastilah negeri ini
akan aman dan damai.
Kembali ke
topik, sebenarnya persyaratan membuat essay untuk menjadi penerima beasiswa
merupakan sesuatu yang harus dipertahankan. Hal ini menguji keseriusan calon
penerima, sejauh mana ia berjuang dan seberapa layak ia menjadi beswan. Bukan
sekedar seberapa minim pendapatan keluarganya. Malahan, persyaratan membuat
essay perlu ditularkan pada banyak ajang seleksi. Mampu membuat essay berarti
mampu melawan rasa malas dan mengembangkan kreatifitas. Lagi-lagi bukan
persoalan pandai menulis, atau pernah meluncurkan sebuah buku, melainkan
persoalan serius atau tidaknya mencapai suatu tujuan -dalam hal ini untuk
menjadi beswan KSE-.
Butuh akan
beasiswa KSE, itulah yang menjadi pemupuk keseriusan saya untuk memenuhi segala
persyaratan yang ada, terutama membuat essay. Saya memiliki sosok senior PGSD
yang sekiranya ingin saya tiru saat saya memasuki semester akhir nanti, yakni
bang Anggi Prasetyo (2013). Sempat kaget rasanya ketika mengetahui beliau
merupakan salah seorang beswan KSE UNJ. Bercakap-cakaplah kami mengenai
beasiswa KSE. Dan seperti biasa, saya mengajukan banyak pertanyaan untuk
menggali informasi yang saya butuhkan. Beliau aktif di organisasi legislatif
sampai tingkat fakultas dan dipercaya menjadi asisten dosen Konsep Dasar IPS.
Yang ingin saya tiru dari beliau adalah selalu memberikan aura semangat ketika
masuk kelas dan mampu mempertahankan semangatnya sampai akhir -dengan semangat
yang sama di semua kelas-. Roadshow Paguyuban KSE menyadarkan saya bahwa beswan
KSE mendapatkan pelatihan yang berkesinambungan. Bukan sekedar ditransfer uang.
Sikap yang dewasa dan cerdas dalam menanggapi sesuatu ditampilkan oleh para
beswan KSE. Mereka akui, didapatkan selama berproses di Paguyuban KSE. Mereka
mendapat banyak kesempatan untuk berbicara dengan orang banyak, mengajar,
mengenal beswan KSE se-Indonesia, dan banyak lagi. Yang seperti itulah yang
membuat saya butuh akan beasiswa KSE. Sekali lagi, saya butuh berproses di
Paguyuban KSE agar menjadi pribadi yang lebih dewasa.
Rencana Jangka Panjang
Rencana jangka pendek dan panjang
saya buat sebagai persiapan manakala saya menjadi penerima beasiswa KSE. Untuk
jangka pendek, beasiswa yang saya dapatkan akan saya siapkan untuk pembayaran
UKT semester 107. Untuk jangka panjang, beasiswa tidak saya gunakan sendiri,
melainkan untuk mengurangi bayaran tiap bulan kedua adik saya -satu di SMA,
satu di SMK-. Sebagai rencana jangka panjang pula, saya ingin menyekolahkan
kembali adik laki-laki saya yang saat ini putus sekolah, dan ingin mengurangi
biaya kuliah adik perempuan saya yang nantinya lulus SMA.
Rencana jangka panjang (visi)
setelah lulus kuliah, yaitu mengikuti seleksi SM3T dan program SM3T selama 1
tahun, dilanjutkan dengan PPG selama 3 bulan agar cita-cita menjadi guru
professional di Sekolah Dasar Negeri bisa saya wujudkan. Sembari berjalan, saya
ingin mengelola rumah saya sebagai rumah belajar sekaligus pengajian untuk
mendidik anak-anak berbagai jenjang pendidikan. Mulai dari jenjang pendidikan
dasar (SD / MI dan SMP / MTs) sampai jenjang pendidikan menengah (SMK dan MAK).
Saya juga berkeinginan membangun sebuah rumah yang dikhususkan untuk
mengajar –dengan tanah hak milik
sendiri-, dengan menyerap tenaga pengajar dari sekitar lingkungan rumah.
Rencana
secara lebih detail pun saya buat agar tujuan hidup saya lebih terstruktur.
Awalnya saya merupakan seseorang yang tak peduli terhadap pembuatan rencana
hidup secara detail. Lebih suka fleksibel saja, menjalani apa yang harus saya
jalani. Tetapi setelah saya mengikuti seminar di bulan Maret 2017 yang mana
narasumbernya merupakan para mawapres PGSD, saya menjadi tertarik untuk membuat
mind maping -dalam hal ini rencana jangka pendek dan panjang-. Dipandu secara
detail oleh kak Anggita, akhirnya saya membuat sendiri mind maping saya. Saking
detailnya, ia membuat mind maping tahunan, bulanan, mingguan, sampai harian.
Sebab katanya, fleksibel itu bagus, tapi terstruktur itu perlu.
Tahun 2017,
tepatnya bulan Juli, saya ingin meraih IPK pertama di atas 3,8. Begitu pula
dengan IPK selanjutnya, sampai saya lulus. Menurut saya, berprestasi dalam bidang
akademik merupakan pemacu untuk bisa berprestasi dalam bidang lainnya. Untuk
mencapai hal tersebut, menerapkan budaya literasi, disiplin datang ke kampus,
mengerjakan tugas individu dan kelompok tepat waktu, serta banyak bertanya
kepada teman-teman yang lebih mengerti merupakan beberapa cara yang saya
lakukan.
Masih di
tahun 2017, saya ingin memberanikan diri untuk lebih sering mengambil
kesempatan menjadi pembicara di depan orang banyak. Singkatnya, ingin lebih
akrab dengan microphone. Beberapa target yang saya buat seperti menjadi MC Masa
Pengenalan Akademik (MPA) 2017, menjadi moderator berbagai seminar dan debat,
serta menjadi orator aksi mahasiswa, menghiasi dinding blog pribadi saya
sebagai rentetan impian.
Berlanjut
ke 2018, targetan yang saya pasang yaitu menjadi pemandu jalannya pengajian,
pengisi kajian, pelatih silat -jingkrik betawi-, dan menjadi drumer band hebat.
Banyak berlatih dan berani tampil merupakan dua hal yang akan saya pakai
sebagai kunci untuk menyelesaikan targetan tersebut. Menjadi pemandu pengajian,
pastilah hafalannya harus banyak dan fasih dalam melafalkan ayat-ayat
Al-Qur'an. Paham tajwid juga harus. Karena nantinya targetan saya juga mengajar
anak-anak untuk bisa baca tulis Al-Qur'an.
Selanjutnya
banyak membaca dan bertanya, merupakan dua hal yang akan saya pakai sebagai
kunci untuk bisa menjadi pengisi kajian. Saya memiliki wadah untuk menggali
potensi dalam hal ini, yakni Lembaga Kajian Mahasiswa UNJ. Dalam seminggu,
kajian bisa dilaksanakan dua kali. Kajian reboan (rabu) dan kajian malam
(jum'at malam). Banyak teman dan senior di LKM yang cerdas dalam menjadi
pengisi kajian. Oleh karena itu, saya perlu bimbingan mereka untuk mencapai
targetan saya.
Budaya
betawi tak boleh hilang terkikis oleh zaman modern. Zaman di mana anak-anak
muda lebih tertarik dan fanatik pada k-pop, lagu-lagu barat, klub sepakbola,
artis idola, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Menjadi pelatih silat
merupakan salah satu mimpi dan target saya untuk bisa melestarikan kebudayaan
betawi. Tahun 2018, rasanya tak terlalu cepat dan tak terlalu lama bagi saya
untuk nantinya menjadi pelatih silat jingkrik. Selagi tahun tersebut belum
sampai, saya akan terus berlatih dan berlatih agar menguasai gerakan silat yang
diajarkan oleh guru saya, yaitu Babeh Agus.
Beberapa
kali saya bersama teman-teman bermusik saya -Abi sebagai gitaris, lalu Amel dan
Desi sebagai vokalis- mendapat tawaran untuk tampil bersama. Terhitung hingga
saat ini sudah 3 acara yang kami sajikan hiburan berkelas. Di awali dari PGSD
Festival, lalu Debat Kandidat Ketua BEM UNJ, sampai yang terakhir Seminar
Grafologi. Semuanya bertempat di kampus E PGSD FIP UNJ. Bukan bayaran yang kami
harapkan, melainkan pengalaman dan kekompakan. Yang akan menjadi bekal bagi
kami untuk semakin berani tampil ke depannya. Dari ketiga performance kami
tahun ini, saya selalu tampil menggunakan kajon salah seorang senior saya di
PGSD, yaitu Jefry Yanu Pratama. Dan target saya di 2018 nantinya, saya ingin
mencoba dan terus berlatih bermain drum agar bisa menjadi drumer band yang
hebat, namun tetap rendah hati.
Misi saya
lebih jauh ke depan, yaitu lulus tiga setengah tahun. Program lulus tiga
setengah tahun juga merupakan target prodi PGSD FIP UNJ. Kalau benar tercapai,
berarti akhir tahun 2019 saya sudah bisa wisuda. Untuk mempersiapkan hal
tersebut, mulai semester 5 saya akan memfokuskan diri menyusun skripsi.
Tentunya tanpa melupakan kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa
yang aktif diberbagai organisasi. Semester 5 pula saya akan pintar-pintar mengatur
jadwal sehingga bisa menyempatkan diri untuk mengelola mentoring atau liqo.
Kini, saya menjadi salah seorang menti dari murobbi saya, yakni Joko Prasetio
S. Beliau sosok yang luar biasa. Beliau begitu sabar merangkul menti-mentinya
agar menjaga semangat untuk mengikuti liqo, dan selalu menanamkan sifat peduli.
Setelah
lulus kuliah, SM3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar dan
Tertinggal) menjadi targetan saya selanjutnya di awal 2020. Tak ada ketakutan
dan keraguan dalam diri saya mengenai target tersebut. Pernah suatu waktu di
semester 1, saya mengikuti seminar mengenai SM3T dan PPG (Pelatihan Profesi
Guru). Reformasi guru dari hulu adalah sebagai berikut.
1) S1 (professional pedagogik)
2) SM3T (di daerah 3T)
3) PPG (asrama)
4) Guru Professional
Keyakinan
saya pun bulat setelah melihat video dan mendengar cerita dari para narasumber
alumni SM3T. Setahun sudah mereka mengabdikan diri menjalankan tugas negara.
Rasanya ingin sekali terjun langsung ke daerah sebagai bentuk pengabdian saya
terhadap negeri ini. Rasanya ingin sekali mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memperbaiki sumber daya manusia yang tempat tinggalnya masih sulit terjangkau
oleh pendidikan. Rasanya ingin sekali menggelorakan semangat mengenyam
pendidikan bagi anak-anak pedalaman. Dan masih banyak lagi yang ingin saya
lakukan apabila lolos seleksi SM3T nantinya. Semoga niat baik ini dapat saya
jaga hingga akhirnya benar-benar menjadi abdi negara yang memperjuangkan
pendidikan di daerah terdepan, terluar dan tertinggal.
Beberapa
permasalahan seperti kekurangan guru, disparitas kualitas guru, mismacthed
(tidak cocok) dengan pengajar lokal, tingginya angka putus sekolah dan
rendahnya angka pastisipasi sekolah merupakan permasalahan umum yang kerap
ditemui di daerah 3T. Untuk itu, perlu pengajar yang rela lebih dari sekedar
mengajar untuk membenahi segala permasalahan di atas. Contoh perjuangan
pengajar yang diputar dalam video dan di kisahkan oleh para narasumber seminar
SM3T, yaitu di daerah Manokwari, Papua Barat, guru rela menjemput murid untuk
datang ke sekolah. Tentu saja jaraknya jauh dari sekolah. Daerah lainnya dalam
video tersebut yaitu Simpang Jernih, Aceh. Kedua daerah tersebut merupakan
sedikit dari banyaknya daerah yang dikategorikan 3T. Kisah lainnya, pengajar
mendapati siswa yang umurnya lebih tua dari orang tua si pengajar. Dan kisah
yang paling tragis ialah tewasnya Geugeut dan Winda dalam perjalanan menuju
lokasi menumpang perahu melawan arus sungai.
Terngiang
ucapan Drs. Toto Bintoro, M.Pd (Ketua LP3M UNJ) yang mengatakan, "kalau
ingin menjadi somebody, pergilah ke daerah tertinggal". Dengan pergi
mengajar ke sana pula bisa menumbuhkan kemandirian dan kepekaan sosial. Beliau
bercerita juga, bahwasannya di Jepang terdapat 2 profesi yang paling dihormati,
yakni Petani dan Guru. Filosofinya adalah petani dan guru yang menghidupi
Jepang. Saat Hiroshima dan Nagasaki hancur, yang mereka tanyakan adalah
"Berapa jumlah petani dan guru yang masih hidup?". Sungguh betapa
mulia dan pentingnya peran seorang guru dalam membangun suatu peradaban.
Pembicara
pertama dalam seminar kala itu ialah Fransisca Damayanti, yang bertugas tahun
2014 di Tambraw. Bu Fransisca atau akrab dipanggil bu Siska, di tempatkan di
sekolah yang sudah tak berjalan 2 tahun. Beliau bercerita bahwa penduduk sekitar
berkata, "kalau tahun ini tidak ada guru, sekolah ini dibakar." Tak
seperti sekolah pada umunya di perkotaan, jumlah murid perkelas di sana
mengalami perbedaan yang signifikan. Kelas 1 diisi dengan 26 orang, lalu kelas
2 dan 3 diisi dengan 6 orang saja.
Masih
membicarakan SM3T yang menjadi visi jangka panjang saya, ketertarikan saya
untuk mengikuti SM3T juga didorong kisah yang dibawakan oleh Hamid Astawi, yang
ditugaskan di Kabupaten Kupang, Takari. Kisah yang menjadi perhatian saya
adalah mendekati waktu Ujian Nasional SD dan saat berlangsungnya, siswa
diizinkan berasrama. Malah terkadang orang tua dan siswa tinggal bersama di SD.
Kita tidak bisa memilih mau di tempatkan di mana. Masing-masing LPTK memiliki
tujuan pengiriman, seperti misalnya Kupang, Nunukan, Tambraw dan kurang dua
lagi untuk UNJ. Dan Aceh salah satunya, untuk UPI. Beliau menambahkan, pengajar
SM3T kebanyakan adalah Ibu guru. Sebuah kalimat dari beliau yang menjadi
peneguh keyakinan saya untuk menjadi pengajar SM3T yaitu, "kalau bukan kita,
siapa lagi yang mau mengajar di sana?"
Alur
seleksi SM3T terbagi menjadi 3 tahapan, yakni Seleksi Nasional Online >
Seleksi LPTK (Lembaga Penyedia Tenaga Kependidikan) > Seleksi Pengabdian
(SM3T).
Dalam hal ini, LPTK saya
adalah UNJ. Jadi apabila saya telah lulus Seleksi Nasional Online, saya masih
harus diseleksi oleh UNJ. UNJ sebagai LPTK juga harus diseleksi apakah telah
memenuhi syarat untuk mengirimkan lulusannya mengikuti SM3T.
Tahun 2016,
terdapat sekitar 10.468 pendabdi SM3T. Label atau tagar yang mereka bawa adalah
#MajuBersamaMencerdaskanIndonesia. Filosofi tersebut diambil dengan maksud agar
tidak ada daerah yang tertinggal dalam mengenyam pendidikan. Program SM3T juga
memiliki maksud untuk menyiapkan SDM Beradab, yaitu berpendidikan dan berbudaya.
Berbeda
dengan SM3T yang dilaksanakan selama setahun, PPG dilaksanakan selama tiga
bulan. Karena alur untuk menjadi guru professional adalah S1 > SM3T > PPG
> Guru Professional, jadi saya juga memasang PPG sebagai targetan saya, di
tahun 2021. Selama 3 tahun PPG, asrama lah yang menjadi tempat tinggalnya.
Asrama bukanlah hal yang asing bagi saya. Jika saya tak mau tinggal di asrama,
berarti saya tak bisa mengikuti PPG. Sebab selama 3 bulan calon guru
professional di tempa, diasah kepribadian dan sosialnya, serta di beri keahlian
khusus untuk mengajar.
Lompat jauh
ke depan, yaitu tahun 2025, saya ingin menjadikan rumah saya sebagai rumah
belajar. Di tahun ini pula saya ingin menikah, dengan salah satu harapan bisa
bersama-sama mengelola rumah belajar. Target selanjutnya yaitu di tahun 2030,
jiwa wirausaha akan saya kembangkan dengan membeli sebidang tanah untuk saya
kelola menjadi lapangan futsal dengan kualitas sangat baik. Dan akhirnya,
inilah impian terbesar saya sampai detik ini, yaitu di 2040 saya ingin
memberangkatkan haji keluarga saya, keluarga istri dan seluruh keluarga besar
kami. Selalu berdoa sejak saat ini merupakan penghubung saya dengan tahun 2040,
dan dengan Allah SWT. agar do'a saya didengar dan misi terbesar saya dapat
tercapai.
Pilihan Pengembangan
Diri
Leadership (Pelatihan Kepemimpinan) dan Professional Career (Career Coaching)
Leadership (pelatihan kepemimpinan) menjadi
pilihan pengembangan diri pertama saya untuk bisa berproses nantinya dalam
beasiswa KSE. Besar harapan agar jiwa kepemimpinan saya terbentuk dan bisa
menjadi 'the future leader'. Memikirkan manfaat, tentunya akan banyak yang saya
dapatkan dari pelatihan kepemimpinan. Rasa tanggung jawab, mengendalikan emosi,
menciptakan motivasi, membangun kepercayaan, dewasa dalam menyelesaikan
masalah, bijak dalam berbicara, pandai bekerja sama, dan banyak lagi yang bisa
didapatkan dari pelatihan kepemimpinan.
Kebiasaan-kebiasaan yang baik saya
harapkan muncul dari jiwa kepemimpinan saya yang nantinya terbentuk. Mulai dari
hal kecil, dari sekadar mengucap terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu pekerjaan kita, sampai membangun kepercayaan dan bekerja sama dengan
pihak-pihak tertentu. Selalu mendengarkan petunjuk dan masukan yang membangun
merupakan hal-hal yang ingin saya biasakan ke depannya.
Dengan melatih diri sebagai pemimpin,
tentunya akan terbiasa beretika yang baik, berintegritas, dan loyal terhadap
sesuatu yang dipimpin. Pemimpin yang baik akan dengan sendirinya menginspirasi
banyak orang. Saya mengharapkan pengalaman-pengalaman yang berharga apabila
saya mengikuti program leadership dari beasiswa KSE. Agar bisa saya terapkan
dalam kepemimpinan yang sesungguhnya, baik di masyarakat maupun di lingkungan
kerja.
Akan banyak tantangan yang dihadapi
oleh seorang pemimpin. Wawasan yang luas diperlukan oleh seorang pemimpin agar
memiliki pembendaharaan kata yang banyak saat berbicara / menulis, memberi
solusi untuk suatu masalah, menciptakan inovasi dan lain sebagainya. Pemimpin
juga harus memahami sifat para anggotanya, peraturan-peraturan dan sistem
birokrasi yang berlaku. Sikap yang dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan
merupakan suatu keharusan yang dimiliki dalam diri seorang pemimpin.
Professional
Career (Career Coaching) merupakan pilihan kedua
saya. Career Coaching akan melatih
saya untuk bisa menemukan, merencanakan, dan mengembangkan karir yang sesuai
dengan passion dan panggilan pribadi saya. Selanjutnya, saya akan mengetahui,
apakah karier yang saya inginkan sesuai untuk saya? Mengapa saya kehilangan
gairah dalam menjalani pekerjaan saya? Dan apa yang akan saya lakukan setelah
karier saya selesai?
Bagi saya, karier seseorang merupakan
salah satu sisi kehidupan seseorang yang besar maknanya karena merupakan cara
seseorang mengekspresikan dirinya. Dengan mengikuti career coaching, saya ingin pikiran saya lebih terbuka mengenai
dunia karier sehingga bisa mengembangkan karier sesuai passion dan bakat yang
saya miliki.
Mengenai manfaat, banyak hal yang bisa
saya dapatkan melalui career coaching. Saya dapat menemukan kembali makna
bekerja bagi diri sendiri, dan mengenal kecenderungan karakter pribadi. Selain
itu, saya juga dapat menggali potensi kekuatan pribadi, dan menggali passion
terhadap suatu pekerjaan. Selanjutnya, dengan memilih career coaching saya berharap bisa
membuat rencana pengembangan karier, dan memenuhi pencapaian diri yang saya inginkan dalam berkarier.
Beberapa kebingungan yang belum bisa
saya jawab sendiri, saya ingin mempunyai karir mapan tapi tak tahu harus mulai
dari mana. Saya ingin lebih berprestasi di posisi yang saya sukai, tapi posisi
tersebut ketat persaingannya. Oleh karena itu, dengan mengikuti 'career
coaching' saya ingin mulai membuka dan mengembangkan sayap karir dan menggali kemampuan
diri yang belum saya ketahui.
Sebagai tambahan, leadership ataupun
professional career memang penting sebagai wadah pengembangan diri saya. Di
samping itu, dengan menjadi penerima beasiswa KSE, saya ingin mengembangkan
diri di Comdev Madu KSE. Saya berkomitmen memperdalam beberapa materi
pengajaran, yaitu Matematika dan IPA. Ilmu mengenai berorganisasi dalam sistem
paguyuban dan teknik pengajaran yang baik dan bertaraf (mulai dari siswa yang
akan menghadapi UN SD sampai SBMPTN) juga akan saya dalami dengan
sungguh-sungguh sebagai proses dalam pengembangan diri. Saya juga akan
memperluas wawasan mengenai Olahraga dan Agama Islam, agar nantinya dapat
berguna dalam kehidupan sehari-hari, atau saat mengajar di SD.
Usaha Mengurangi Beban
Orang Tua
Ayah saya bekerja sebagai karyawan
swasta dan Ibu saya sebagai Ibu Rumah Tangga. Melihat tanggung jawab Ayah untuk
mengurus dan menyekolahkan saya, adik perempuan dan adik laki-laki saya -yang
tidak tinggal satu rumah-, maka saya harus berkuliah agar bisa lulus dan
bekerja nantinya sebagai usaha untuk mengurangi beban orang tua. Saya memiliki
kewajiban dan tanggung jawab yang sama bagi keluarga apabila Ayah saya sebagai
tulang punggung keluarga telah pensiun dari pekerjaannya.
Ibu saya pernah menjadi penyetrika di
suatu laundry. Pekerjaan tersebut beliau lakukan tak lain tak bukan untuk
menambah pemasukan keluarga. Gaji Ayah saya yang banyak terpotong untuk
melunasi hutangnya, seakan memaksa Ibu untuk turut bekerja, berusaha memenuhi
kebutuhan keluarga. Dahulu tiap pulang sekolah -saat Ibu masih bekerja-, saya
lihat Ibu berkeringat sepulang bekerja. Sebabnya karena pekerjaan menyetrika membutuhkan tenaga yang cukup besar dan jumlah yang harus disetrika pun banyak. Ditambah lagi, proses menyetrika yang membuat suhu ruangan naik sehingga tempat bekerja
menjadi panas. Acap kali Ibu saya kelelahan seusai menyetrika. Hingga akhirnya
Ibu saya memutuskan berhenti bekerja karena banyak pekerjaan rumah yang tak
terselesaikan karena sibuk bekerja.
Sebagai siswa lulusan SMK, malu
rasanya terhadap orang tua karena sampai saat ini masih terus menyusahkan
mereka. Usaha saya untuk mengurangi beban mereka barulah sampai ke tahap
mendapatkan perguruan tinggi negeri, sama sekali belum ada hasil yang konkret
untuk mereka. Usaha saat ini dan selanjutnya, yaitu berprestasi di tempat
kuliah, memperluas pergaulan dan terus mengembangkan potensi diri. Berhemat,
bijak dalam menggunakan uang, dan rajin menabung merupakan beberapa usaha saya
untuk mengurangi beban orang tua saat ini.
Sebagai anak pertama, saya tidak boleh
terus-menerus menjadi beban bagi orang tua saya. Ke depannya, saya akan rajin
bekerja dan menabung untuk bisa membayarkan uang kuliah adik saya. Selain itu,
biaya hidup kedua adik saya juga ingin saya tanggung sebagai usaha mengurangi
beban orang tua.
Menabung merupakan kebiasaan yang sedang
saya wajibkan terhadap diri saya setiap hari. Berkaca dari pengalaman lalu,
kalau hanya menabung di rumah, uang dapat dengan mudah saya atau Ibu saya
ambil. Sebagai bentuk antisipasi, saya membuat jadwal menabung tiap bulan agar
lebih terstruktur dan memilih bank yang terintegrasi dengan Kartu Tanda
Mahasiswa untuk memudahkan menabung sekaligus membayar UKT. Tanggal 13 saya
pilih sebagai jadwal menabung tiap bulan. Tabungan akan saya ambil apabila
sewaktu-waktu ada keperluan yang membutuhkan dana yang besar.
Pengambilan tabungan
pertama saya, akan saya tujukan untuk pembuatan SIM C. Seperti yang telah saya
jelaskan sebelumnya, niatan saya yaitu menjadi ojek online sebagai salah satu usaha
mengurangi beban orang tua. Pekerjaan tersebut saya
pilih, karena tak terikat waktu kerjanya. Dengan menjadi driver ojek online,
saya bisa memiliki penghasilan sendiri dan mengatur sendiri jadwal antara
berkuliah dan bekerja.
Untuk memangkas biaya transport, tinggal
di asrama mahasiswa muslim sunan giri menjadi pilihan saya. Akan tetapi, untuk
menjadi penghuni, harus melalui tahapan seleksi pada akhir Maret 2017. Harapan
besar saya ke depan yaitu, dengan tinggal di asrama, saya bisa menjadi pribadi
yang lebih mandiri sekaligus bisa mengelola keuangan dengan lebih cermat.
Alasan Mengapa Saya
Layak Menjadi Penerima Beasiswa KSE
Sebagai anak pertama yang nantinya
akan menjadi tulang punggung keluarga, saya merasa layak untuk menjadi penerima
Beasiswa KSE. Saya berkomitmen, beasiswa yang akan saya terima nantinya akan
saya fokuskan untuk membayar UKT. Usia orang tua yang pastilah semakin
bertambah membuat saya tidak ingin terus menerus menyulitkan mereka dan sebisa
mungkin harus mampu membayar UKT sendiri dan meringankan bayaran sekolah kedua
adik saya. Selanjutnya yang membuat saya layak karena saya sudah sedikit
mengenal KSE, khususnya Madu KSE. Saya berkeinginan untuk memberi kontribusi
pada Comdev Madu KSE, agar selalu bermanfaat bagi masyarakat. Pernah
berkunjungnya saya ke Comdev Madu KSE -melalui penugasan anjangsana PKMP PGSD-,
membuat keinginan saya untuk memajukan
Madu KSE pun muncul. Dengan menjadi penerima, keinginan saya untuk
bergabung dan menjadi pengajar Madu KSE akan terwujud. Saya ingin
bermanfaat dan ikut serta mencerdaskan anak-anak yang menuntut ilmu di Madu KSE
maupun anak-anak sekitar rumah saya.
Saya layak menjadi penerima beasiswa
KSE karena memang saya membutuhkannya. Sifat tidak boros yang saya miliki akan membuat saya bisa mempergunakan beasiswa dengan sebaik-baiknya. Pengalaman
saya pernah beberapa kali menerima beasiswa IWK UI, membuat saya memiliki cara
tersendiri agar bisa menghemat penggunaan beasiswa dan memfokuskan penggunaan
sesuai dengan tujuan utama -membayar UKT-.
Kebiasaan baik yang mulai saya
terapkan, seperti menggunakan uang seperlunya, dan menabung, membuat saya layak
menjadi penerima beasiswa KSE karena orang yang suka menabung tahu cara untuk
menyisihkan, menyimpan, dan menggunakan uang sesuai kebutuhan. Bukan sesuai
kemauan. Terakhir, saya layak menjadi penerima karena saya yakin saya mampu
mempertahankan prestasi, bahkan meningkatkan prestasi di bidang akademik maupun
non akademik.
Nilai tambah saya lainnya adalah ketika
saya sudah memantapkan diri berada di suatu tempat, maka saya akan loyal dan
total dalam berkontribusi. Tak akan saya ragu untuk meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran demi memajukan paguyuban KSE. Sebagai jebolan pasukan pengibar
bendera sewaktu SMK, saya memiliki sifat selalu siap terhadap apa yang
ditugaskan kepada saya. Lalu pengalaman saya sebagai ketua panitia Buku Tahunan
Sekolah, menjadikan saya memiliki pemikiran yang luas dalam mencari sumber
dana, memiliki ide-ide dan terobosan yang inovatif serta memiliki kemampuan
audiensi dengan birokrat. Dan pengalaman saya sebagai sie Acara pada KPUP PGSD
2016, membuat saya memiliki kemampuan untuk membuat susunan acara secara rinci
dan spesifik, menyusun daftar perlengkapan lalu mengadakannya, mengundang
narasumber atau MC ataupun penampil lainnya, menjadi koordinator lapangan,
mensosialisasikan susunan acara kepada divisi atau pihak terkait, sampai
menjadi moderator jalannya suatu debat.
Alasan Apply Beasiswa
KSE
Alasan saya melamar beasiswa KSE
karena saat ini saya tidak sedang menerima beasiswa apapun. Pandangan saya,
dengan menjadi penerima beasiswa, saya bisa mendapatkan pemasukan tambahan
–selain dari orang tua- untuk bisa membayar UKT. Untuk bisa mengurangi beban
orang tua dan mengembangkan diri, saya harus mencari beasiswa yang bisa menjadi
wadah pengembangan diri saya. Alhasil, sampailah informasi kepada saya mengenai
beasiswa KSE. Saya melamar beasiswa KSE karena saya berpikir saya akan
mendapatkan pelatihan kepemimpinan dan mengasah soft skill melalui pilihan
pengembangan diri ‘leadership’ dari beasiswa KSE.. Lamaran beasiswa KSE ini
saya ajukan sebagai bukti keseriusan saya untuk bisa meringankan beban orang
tua, utamanya dalam hal bayaran UKT.
Sebelumnya, saya pernah menerima
beasiswa dari Ikatan Wanita Keluarga (IKW), Universitas Indonesia. Saya bisa
menjadi penerima beasiswa tersebut karena Ayah saya bekerja sebagai Satuan
Pengamanan (SatPam) di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Tentunya tak
ada beasiswa yang didapatkan tanpa perjuangan. Untuk menjadi penerimanya, nilai
rata-rata rapot haruslah 8,0 atau lebih. Acara penerimaan beasiswa tersebut
dihelat tiap semester, yang membuat saya selalu bersemangat belajar agar nilai
rata-rata rapot saya mencukupi persyaratan nilai minimal. Tak hanya uang yang
saya dapatkan, tapi juga perlengkapan sekolah. Seperti binder berserta isinya,
buku tulis, alat tulis, rautan, tempat pensil, dan sebagainya. Terkadang
beasiswa IWK UI juga menghadiahkan tas untuk siswa yang prestasinya konsisten.
Menjadi penerima beasiswa, saya merasakan berbagai keuntungan. Beberapa di antaranya saya tak perlu lagi membeli pack buku,
pack pensil dan sebagainya pada tahun ajaran baru. Beasiswa IKW hanya sampai
jenjang pendidikan menengah atas, artinya tidak berlanjut sampai jenjang
pendidikan tinggi. Seperti yang saya rasakan saat ini, berhentinya saya menjadi
penerima beasiswa IKW, mengharuskan saya membeli perlengkapan kuliah yang
semakin beragam, tentunya dengan uang orang tua. Oleh karena itu, saya perlu
melamar beasiswa KSE agar tidak merepotkan orang tua dalam berbagai hal, salah
satunya membeli perlengkapan kuliah.
Selanjutnya, mengapa saya apply beasiswa
KSE? Jawabannya adalah karena beasiswa KSE jelas berbeda dengan beasiswa
lainnya. Sedikit menbandingkan dengan beasiswa Bidik Misi, BM memang urutan
pertama beasiswa di Indonesia, sedangkan KSE urutan kedua. Tapi untuk
paguyuban, KSE ada pada urutan pertama dengan jaringan yang lebih luas dan
tersebar dari Universitas Syah Kuala di Aceh, sampai ke Universitas Cendrawasih
di Papua. Dan yang membuat saya begitu tertarik untuk apply, karena dengan
menjadi beswan KSE, saya bisa memiliki teman se-Indonesia. Hal itu bisa saja
terjadi karena Paguyuban KSE mengadakan camp di suatu daerah selama kurang
lebih 7 hari. Camp inilah yang menjadikan beasiswa KSE unik dan menarik.
Paguyuban KSE yang memiliki tagline
networking, sharing dan developing, menguatkan komitmen saya untuk apply
beasiswa KSE saja, tak perlu menunggu beasiswa lainnya yang biasanya hanya
transfer uang dan memberikan penugasan, tanpa mengembangkan sayap dan mengayomi
para penerimanya. Jaringan yang luas (networking) saya harapkan bisa memudahkan
saya untuk mendapatkan pekerjaan nantinya. Berbagi pengalaman dan pengetahuan
(sharing) dengan beswan KSE lainnya, saya harapkan dapat memperkaya pengalaman
dan pengetahuan saya sehingga dapat berpikir secara lebih kritis dan global.
Serta bersikap lebih dewasa dan bijak. Dan dengan berproses di Paguyuban KSE,
seperti mengikuti pelatihan leadership, pengajaran pada Madu (Rumah Edukasi)
atau Rumus (Rumah Sukses) saya harapkan dapat menjadi ajang mengembangkan
(developing) diri saya agar berkepribadian matang dan siap terjun langsung ke
masyarakat dan dunia kerja yang sesungguhnya.
Rencana Penggunaan
Beasiswa
Menabung merupakan cara yang efektif
agar beasiswa yang saya dapat tidak saya pakai untuk hal yang tidak semestinya.
Saya memiliki rencana menabung -dengan menyisihkan uang jajan- sebulan sekali
di bank BNI. Beasiswa yang akan saya terima, tak akan saya libatkan
penggunaanya, dengan kebutuhan pribadi saya. Uang beasiswa akan saya kumpulkan
selama 6 bulan dan digunakan untuk membayar UKT.
Beasiswa yang akan saya terima, dalam
jangka pendek akan saya pergunakan untuk membayar UKT semester 107. Dan dalam
jangka panjang, akan saya sisihkan lalu digunakan untuk mengurangi bayaran
sekolah tiap bulan kedua adik saya. Juga dalam jangka panjang, saya ingin
mengurangi bayaran kuliah adik perempuan saya.
Tujuan Hidup
Menjalani hidup sebagai mahasiswa
jurusan PGSD, tentunya mempertajam tujuan hidup saya. Tidak meluas, tidak
melebar dan tidak melenceng. Mata kuliah, pembuatan RPP, micro teaching, sampai
kuliah kerja nyata merupakan proses yang harus ditempuh oleh seorang calon
sarjana pendidikan. Dan menjadi guru adalah jalan hidup yang seharusnya tekuni
oleh para sarjana pendidikan, termasuk saya nantinya.
Belajar untuk mengajar. Begitu lah
seharusnya kodrat manusia. Ilmu yang saya dapatkan di bangku kuliah dan
lingkungan perkuliahan, baiknya bisa saya bagikan kepada sesama. Menjadi
mahasiswa yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar, merupakan tujuan saya saat
ini. Sebisa mungkin, ilmu yang saya miliki tak akan saya pendam sendiri,
melainkan akan saya ajarkan kepada orang lain apabila orang lain mebutuhkannya.
Tujuan hidup yang juga merupakan
cita-cita saya yaitu menjadi guru Professional di SD Negeri yang ada di
Jakarta. Untuk menggapai cita-cita tersebut, saya bersedia dan akan berusaha
mengikuti SM3T selama 1 tahun, dilanjutkan dengan PPG selama 3 bulan agar
cita-cita tersebut bisa diwujudkan. Tujuan lainnya, yaitu menjadi guru
professional di Sekolah Dasar Negeri. Sembari berjalan, saya ingin mengelola
rumah saya sebagai rumah belajar sekaligus pengajian untuk mendidik anak-anak
berbagai jenjang pendidikan. Mulai dari jenjang pendidikan dasar (SD / MI dan
SMP / MTs) sampai jenjang pendidikan menengah (SMK dan MAK). Saya juga
berkeinginan membangun sebuah rumah yang dikhususkan untuk mengajar –dengan tanah hak milik sendiri-, dengan
menyerap tenaga pengajar dari sekitar lingkungan rumah.
Terlalu panjang yaa pak-,-
BalasHapus