Kayaknya sih Dilema.
Setelah beribu kasih sayang diberikan. Sesudah tahunan lamanya diurusi. Sekian kalinya permintaan dituruti. Serentetan pekerjaan rumah tangga, ada yang selesaikan. Segala biaya hidup, ada yang tanggung. Justru sewenang-wenang perlakuanku terhadap mereka.
Ketika disuruh, malas-malasan Diajak bicara, fokus ke arah lain. Diminta silaturahim ke rumah saudara, berbagai alasan terlontarkan. Disuruh bantu adik kerjakan tugas, malah prioritaskan tugas individu. Disuruh antarkan keluarga ke suatu tempat, malah bertele-tele. Dihubungi teman untuk berkumpul, malah tak ku indahkan. Sedih kini ku meratap.
Kini, saat roda kehidupan mulai berputar, perlahan-lahan, sadar tak sadar mulai beranjak dari posisi awalnya. Dan masa ini, ketika aku berjauh tempat dari mereka, aku merasa ... rindu.
Andai pintu ke mana saja memang ada. Umpama mesin waktu benar adanya. Misalkan diri ini bisa kembali ke masa lalu, pasti akan ku perbaiki segala yang t'lah ku hancurkan. Pasti itu. Tentu saja akan ku rangkai ulang semua dari nol.
Ingin ku maksimalkan sifat tanggung jawabku. Ingin ku bantu beban hidup orang sekelilingku. Ingin ku tuntaskan target-target sederhanaku. Ingin ku ambil alih pekerjaan Ibuku. Ingin ku melihat kedua orang tua tak berkeringat lelah walau hanya sehari saja. Sampai hajatku mentransfer ilmu pada adik-adik kelasku, sekiranya sepenuh hati ku lakukan bahkan sampai menyita siang dan malamku.
Tetapi kini, saat pesawat telah lepas landas, meninggalkan kenyamanan kampung asalku. Tetapi kini, ketika kapal sudah mengangkat jangkarnya, menjauhi zona manjaku. Tetapi kini, ketika waktu untuk menempuh pendidikan dan merubah nasib telah masuk. Ketika langkah kakiku sudah mengayun, lalu menemukan ada rumah selain di rumah yang bersedia menampung jasadku, aku hanya ingin ucapkan ... terima kasih kenangan. Temanilah hari-hariku ... pengalaman ....
Ketika disuruh, malas-malasan Diajak bicara, fokus ke arah lain. Diminta silaturahim ke rumah saudara, berbagai alasan terlontarkan. Disuruh bantu adik kerjakan tugas, malah prioritaskan tugas individu. Disuruh antarkan keluarga ke suatu tempat, malah bertele-tele. Dihubungi teman untuk berkumpul, malah tak ku indahkan. Sedih kini ku meratap.
Kini, saat roda kehidupan mulai berputar, perlahan-lahan, sadar tak sadar mulai beranjak dari posisi awalnya. Dan masa ini, ketika aku berjauh tempat dari mereka, aku merasa ... rindu.
Andai pintu ke mana saja memang ada. Umpama mesin waktu benar adanya. Misalkan diri ini bisa kembali ke masa lalu, pasti akan ku perbaiki segala yang t'lah ku hancurkan. Pasti itu. Tentu saja akan ku rangkai ulang semua dari nol.
Ingin ku maksimalkan sifat tanggung jawabku. Ingin ku bantu beban hidup orang sekelilingku. Ingin ku tuntaskan target-target sederhanaku. Ingin ku ambil alih pekerjaan Ibuku. Ingin ku melihat kedua orang tua tak berkeringat lelah walau hanya sehari saja. Sampai hajatku mentransfer ilmu pada adik-adik kelasku, sekiranya sepenuh hati ku lakukan bahkan sampai menyita siang dan malamku.
Tetapi kini, saat pesawat telah lepas landas, meninggalkan kenyamanan kampung asalku. Tetapi kini, ketika kapal sudah mengangkat jangkarnya, menjauhi zona manjaku. Tetapi kini, ketika waktu untuk menempuh pendidikan dan merubah nasib telah masuk. Ketika langkah kakiku sudah mengayun, lalu menemukan ada rumah selain di rumah yang bersedia menampung jasadku, aku hanya ingin ucapkan ... terima kasih kenangan. Temanilah hari-hariku ... pengalaman ....
Komentar
Posting Komentar