Departemen Pendidikan untuk Kabinet Semesta
oleh : Reza
Ardiansyah Saputra
Sejak diamanahkan oleh ketua BEMP
PGSD FIP UNJ terpilih untuk periode 2018 sebagai kepala Departemen (Ka Dept)
Pendidikan, saya mulai menyusun sebuah rencana strategi. Hasil dari pemikiran
dan pengalaman selama setahun terakhir berproses diberbagai organisasi, saya
tuangkan ke dalamnya. Rasanya seperti mendapat ilham, otak ini terus-menerus
mendapatkan ide-ide brilliant yang
bahkan tak pernah terlintas dipikiran saat saya hanya menjadi anggota. Berbagai
konsep yang saya temui dibeberapa tempat penalaran dan diskusi, juga menjadi
bidikan saya untuk digarap di tahun anjing tanah ini.
Bukanlah proker yang banyak ataupun
surplus yang berlimpah yang menjadi indikator kesuksesan sebuah Departemen
dalam BEM. Yang jauh lebih penting dari kedua hal itu adalah seperti apa
kesiapan untuk regenerasi dan sejauh mana kebermanfaat sebuah Departemen.
Menyiapkan kader yang memiliki jiwa kompetitif dengan membiasakan budaya ilmiah
(baca, tulis dan diskusi) merupakan fokus saya ke internal DepDik 2018.
Beberapa non-program kerja (proker) bayangan saya siapkan untuk mewujudkan hal
tersebut. Mulai dari kajian tematis sampai
education trip.
Mengusung
tagline Depdikari yang merupakan kependekan dari DepDik Berkarakter dan
Berprestasi, DepDik tahun ini akan muncul ke permukaan dengan wajah yang
dominan baru lengkap dengan semangat terbaharukan. Berkarakter maksudnya
memiliki sikap dan sifat yang mampu menjadi teladan, lalu berprestasi maksudnya
selalu terpacu untuk menjadi nomor satu. Selain kepanjangan tersebut, Depdikari
juga merupakan modifikasi dari kata “berdikari”. Filosofinya yaitu DepDik
merupakan departemen yang berani untuk keluar dari zona nyaman dan memilih
menjadi insan pencipta yang inisiatif dengan tidak mengubur kepribadian dan
pendirian anggotanya. Karakter yang berani dan inisiatif sangat diperlukan
untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik. Sebab sejatinya sang juara itu
hanyalah satu, juara 2 dan 3 hanyalah teman untuk naik podium.
Akan ada perombakan di sana-sini
untuk DepDik 2018. Di tahun-tahun sebelumnya, untuk memeriahkan hari pendidikan
yang jatuh di bulan Mei, DepDik sempat menggunakan beberapa nama untuk
prokernya. Edu Compas, Bulan Pendidikan dan Education
Festival (Edu Fest) merupakan beberapa nama yang saya ketahui. Kini, saya
mengusung nama baru, yakni Education Zone
(Zona Edukasi). Melaui nama baru tersebut, besar harapan saya agar
dimanapun anggota DepDik berada, selalu memancarkan dan meradiasikan aura ilmu
pengetahuan serta menebar manfaat bagi lingkungan sekitar.
Edu
Zone / Zona Edukasi merupakan sebuah proker yang dikonsentrasikan untuk
mewadahi potensi mahasiswa dan siswa Sekolah Dasar (SD). Dengan mengandalkan
dua lomba saja, para peserta lomba dipersiapkan dan diharapkan untuk memiliki
mental kompetitif, untuk nantinya terbiasa bersaing dalam meraih prestasi
akademik ataupun non akademik. Untuk tingkat SD, lomba yang akan dihelat yaitu
lomba cerdas cermat (LCC). Berbeda dengan LCC tahun lalu, LCC tahun ini sasaran
pesertanya yaitu siswa SD di sekitar lingkungan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Tahun lalu, salah seorang mahasiswa PGSD sempat berkata kepada saya, “DepDik
sangat kurang kebermanfaatannya terhadap masyarakat sekitar.” Dan kata-kata
tersebut selalu terngiang di telinga saya hingga saat ini. Kata-kata
tersebutlah yang menginsipirasi dan membuat saya bertekad untuk menjebolkan LCC
pada proker Edu Zone sampai tingkat
Kelurahan Setiabudi.
Masih dalam atmosfer Edu Zone, lomba untuk kalangan mahasiswa
dibatasi hanya sampai level prodi. Lombanyapun tidak variatif, melainkan hanya
satu macam. Lomba debatlah yang saya rasa cocok sebagai wadah pengembangan kognitif
mahasiswa, yang dikenal sebagai insan intelektual, populer sebagai pewaris
peradaban dan digadang-gadang dipundak merekalah digantungkan nasib bangsa.
Dengan memfasilitasi mahasiswa PGSD dengan lomba semacam itu, saya yakin proses
ilmiah akan secara alami terjadi, mulai dari mengumpulkan data dan fakta,
membaca buku, mengkritisi isu, menulis catatan, diskusi kelompok, sampai orasi
ilmiah. Apabila sudah terbiasa dan sarat akan pengalaman berkompetisi dilevel
prodi, bukan tidak mungkin mahasiswa PGSD akan mampu melebarkan sayapnya ke
level Fakultas atau bahkan Universitas dengan atau tanpa dukungan dari DepDik
PGSD 2018.
Non proker
yang akan DepDik garap ditahun ini akan sama dengan non proker ditahun lalu,
yakni Kajian Pendidikan Mahasiswa. Melihat animo yang cukup tinggi dari
mahasiswa PGSD FIP UNJ bahkan mahasiswa luar PGSD FIP UNJ akan hadirnya kajian,
maka saya rasa perlu untuk mengadakannya lagi ditahun ini. Tidak
menyelenggarakan kajian sama sekali disuatu tempat sama saja meredam dan
mengerdilkan kemampuan mahasiswa untuk menyuarakan kebebasan berpendapatnya.
“Jarang mengkaji” dikalangan mahasiswa akan membuat mahasiswa itu sendiri
kurang peka terhadap isu-isu disekitar, sehingga otaknya tumpul bila diajak
berpikir mengenai –sekurang-kurangnya- keadaan pendidikan di lingkungan sekitar
ia tinggal. Konsep kajian yang akan DepDik pakai nantinya mengadopsi konsep
dari Kajian Reboan Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM) UNJ. Agar tidak hanya saya
yang memahami konsep tersebut, nantinya DepDik akan saya bawa untuk anjangsana
ke LKM. Tidak hanya LKM, beberapa lembaga penalaran seperti FIDE FIP, dan
PUSDIMA FIS juga tercatat dalam daftar anjangsana DepDik 2018. Dan untuk
mempererat tali silaturahim, DepDik 2018 juga akan melakukan anjangsana ke
DepDik BEMP PGSD FIP UNJ lintas angkatan yang tahun lalu belum sempat
terlaksana.
Sempat sedih awalnya, setelah
mengetahui bahwa hanya saya seorang yang bersedia melanjutkan tongkat estafet
perjuangan DepDik dari kepengurusan sebelumnya. Kesedihan semakin menjadi-jadi bahkan
terbesit rasa kecewa di hati, saat mengetahui kawan seperjuangan yang lebih
pantas untuk menjadi Ka Dept –utamanya karena sikap dewasanya- tidak bisa membimbing
atau sekedar menemani saya berkontribusi di DepDik 2018. Ya, orang yang saya
maksud ialah Aziz Ma’ruf Rafiatno. Kesedihan saya perlahan mulai terurai ketika
mendengar secara langsung via telepon percakapan antara Ketua BEM FIP 2018
-Latu Marta Caraka- dengan salah seorang kawan seperjuangan saya di DepDik
–Khaula. Bujuk rayu sang ketua mampu meluluhkan hati dan menumbuhkan kembali
semangat Khaula untuk kembali bergabung bersama DepDik, setelah sebelumnya
sempat memutuskan tidak lanjut apabila tidak bersama Meivirly Hanum.
Mendapat suntikan energi dari departemen
lain –yakni PSDM-, komposisi DepDik 2018 kini ibarat tim idaman saya. Dengan
saya sebagai kapten tim tentunya. Sebagai pengibaratan, saya dan Aziz Ma’ruf
ibarat Tsubasa dan Misaki masa SMP. Walaupun kini kami berbeda visi bahkan
tidak membela club yang sama, akan tetapi Misaki tetap memberikan support kepada kesebelasan Nankatsu
–dalam hal ini DepDik. Sepeninggalan Misaki pun, Tsubasa tetap memegang teguh
cita-citanya, yakni membawa Jepang –dalam hal ini BEMP PGSD- menjuarai piala
dunia. Hingga akhirnya ia dipersatukan dalam satu tim dengan Kojiro Hyuga
–dalam hal ini Muhammad Fathin. Selain memiliki kemampuan yang luar biasa, ia juga
mampu mengesampingkan egonya demi kemenangan Tim yang ia bela. Alhasil, mereka
meraih banyak kemenangan. Kini, DepDik mendapatkan amunisi baru, yaitu Muhammad
Fathin. Dengan tipikal konseptor dan kemampuan kaderisasi yang telah ia dapati
di dua organisasi berbeda, saya berekspetasi ia akan banyak membantu saya dalam
membentuk Tim yang solid dan mampu bekerja sama dengan maksimal.
Sadar bahwa DepDik merupakan
akademisnya BEMP, tentulah saya juga berpikir kontribusi apa yang akan DepDik
lakukan untuk BEMP PGSD FIP UNJ 2018. Di dunia ini tidak ada yang benar-benar
instan. Sekalipun mie dalam kemasan, tetap saja harus melalui proses perebusan
sampai pengadukan dengan bumbu. Diremaspun tetap melalui beberapa proses, mulai
dari pencampuran bumbu, peremasan mie, sampai memasukannya ke dalam mulut.
Untuk dapat dicernapun, harus melalui proses pencernaan yang diatur dalam
tubuh. Dan seterusnya dan seterusnya. Intinya adalah semua yang terjadi dalam
dunia ini memerlukan proses. Begitupun kontribusi DepDik untuk BEMP. Setelah
saya berhasil untuk menyiapkan anggota DepDik yang mampu memahami konsep kajian
tematis, diskusi online, dan sebagainya, maka keseluruhan BEMP PGSD-lah yang
akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan penalaran DepDik. Setelah melihat
perkembangan anggota BEMP PGSD dalam membiasakan budaya ilmiah, maka DepDik
akan siap untuk merangkul mahasiswa PGSD secara umum, dan turut andil membantu
PGSD FIP UNJ mengorbitkan lulusan yang bermental kompetitif.
Special Thanks To :
1) Allah SWT.
2) Prophet Muhammad SAW.
3) Mamah and Bapak, along with kedua adik
3) BEMP PGSD FIP UNJ 2018 Kabinet Semesta
4) Aziz Ma'ruf Rafiatno
5) Rajanta Siregar
6) And many more
Komentar
Posting Komentar