Sejarah ditulis oleh para pemenang.


Hitler hanyalah wayang, Zionis-Yahudi lah dalangnya

“Peristiwa Holocaust sesungguhnya didalangi oleh kaum Zionis-Yahudi yang memaksa orang-orang Yahudi lainnya agar mau pindah ke Palestina, lewat tangan Adolf Hitler.”
­-Norman Finkeltstein dalam buku The Holocaust Industry


            Sejarah ditulis oleh para pemenang. Hal itulah yang sepatutnya terlebih dahulu dicamkan dalam benak siapapun yang awam dalam mempelajari sejarah. Segala yang didokumentasikan melalui foto, tulisan maupun rekaman yang bernilai sejarah (bersejarah) baru bisa dipublikasikan jika dan hanya jika dianggap tidak akan merugikan dan membahayakan kedudukan elit yang berkuasa atau pihak pemenang. Tak ayal -entah sejak kapan dan siapa yang mempelopori pemburaman fakta sejarah-, khususnya di Indonesia masih banyak dijumpai -dalam buku pelajaran IPS- materi tentang sejarah yang bahkan masih menjadi perdebatan tentang keabsahannya. Terlebih lagi, sejarah yang disuguhkan kepada siswa hanya menampilkan satu sudut pandang saja sehingga siswa terpaksa untuk menyetujui fakta sejarah yang kurang berimbang tersebut.

            Fakta kebenaran sejarah yang dipelintir, diotak-atik, dan disesatkan merupakan bentuk konspirasi politik yang bertujuan untuk menghancurkan seluruh kekuatan pihak yang kalah bahkan untuk menghapuskan keberadaanya dari muka bumi untuk selama-lamanya. Lebih dari itu, bahkan juga ingatan yang tersisa dan usaha untuk merekonstruksi fakta dari generasi setelahnya bisa mendapat perlawanan dengan tuduhan subversif –dan berujung penangkapan. Itulah yang dilakukan Zionis-Yahudi (memanfaatkan kemenangan sekutu pada perang dunia kedua) untuk melenyapkan dan menimbulkan kerugian material dan teritorial yang sebesar-besarnya kepada Jeman (Nazi).

            Hitler memang diktator, seluruh dunia dan bahkan dirinya sendiri mengakui hal itu. Namun naas, ia adalah diktator yang di setir oleh supir yang bernama Zionis-Yahudi. Karl Haushofer adalah seorang profesor Yahudi terkenal dengan teori  The Heartland Theory dan merupakan teman akrab dari pemimpin Nazi, Adolf Hitler. Melalui keakrabannya dengan Hitler, ia mempengaruhi hitler dengan menyodorkan teori-teorinya, di antara teori geopolitik serta teori ras unggul bangsa Arya. Lebih mengejutkannya, dialah yang banyak mempengaruhi mind set Hitler yang memang sudah antisemitisme, menjadi selamanya akan tetap antisemitisme.

            Kondisi Yahudi-Eropa pada saat itu adalah mereka sudah terlanjur mapan dan tersebar disegala penjuru Eropa. Mereka secara absolut menolak seruan dari para petinggi Yahudi kala itu, yang menginginkan bahwa seluruh bangsa Yahudi -tanpa terkecuali- yang tinggal di Eropa untuk beremigrasi ke Tanah Yang Dijanjikan, yaitu Palestina. Tidak ada jalan lain untuk memindahkan mereka semua yang sudah jaya di Eropa selain melalui jalan paksaan. Harus diciptakan suatu kondisi yang memaksa kaum Yahudi-Eropa agar mau pindah ke Palestina. Dari situlah Zionis-Yahudi melalui Karl Haushofer mulai bertindak sebagai Dalang yang menentukan jalannya cerita dengan Hitler beserta Nazi-nya berperan sebagai wayangnya. Segala keputusan dan instruksi Hitler terkait pemindahan paksa Yahudi ke Palestina bukanlah ide orisinil darinya semata, melainkan telah terkontaminasi dengan teori-teori yang disampaikan oleh teman karibnya yang sekaligus menjadi orang kepercayaan para petinggi Yahudi, yakni Karl Haushofer.

            Berdasarkan penelitian Fred Leuchter, seorang sejarawan dan peneliti Polandia, dalam The Journal of Historical Review, statistik resmi SS (Schutzstaffel / pengawal resmi Hitler) yang ia temukan di Bundesarchiv (Pusat Arsip Jerman) mencatat total  100.812 orang tewas diseluruh kamp konsentrasi hingga tahun 1943 disebabkan penyakit dan kelaparan. Selaras dengan itu, Hennecke dalam bukunya, Hitler : Founder of Israel menulis bahwa Komite Palang Merah Internasional (ICRC) telah mendokumentasikan laporan penyelidikan menyeluruh terhadap kamp-kamp konsentrasi Jerman, yang diterbitkan dalam tiga volume. Pada volume III, salah satu babnya menyatakan bahwa korban yang tewas di kamp-kamp konsentrasi disebabkan oleh bencana kelaparan akibat aksi pengeboman sekutu yang memutus logistik Jerman dan akibat wabah penyakit tifus. Dalam laporan tersebut, tidak ada satu pun yang berbunyi “pemusnahan massal sistematis”. Bahkan, disebutkan adanya komunikasi dari pihak Jerman yang meminta bantuan ICRC untuk menangani situasi beberapa kamp yang semakin kritis oleh kondisi kelaparan dan wabah penyakit. Maka muncul pertanyaan penting, apabila Nazi berniat untuk memuskahkan Yahudi, mengapa mereka sampai meminta bantuan ke ICRC untuk menangani beberapa kamp konsentrasi?

            Demi menjaga menjaga isu Holocaust agar tetap abadi, Amerika Serikat membangun museum United States Holocaust Memorial Museum (USHMM). Pada buku Hidup dan Mati Adolf Hitler hal 186-191 yang membahas mengenai museum tersebut, terlihat bahwa sudut pandang sejarah yang dihadirkan adalah apa yang ingin Amerika Serikat hadirkan. Eksistensi museum tersebut, diperkuat dengan kesaksian secara terbuka oleh Hermann Goering, Otto Ohlendorf dan Rudolf Hoess yang ketiganya telah mengaku melaksanakan perintah resmi dari negara (Jerman). Tapi apakah museum sekaliber USHMM yang diklaim sebagai satu-satunya museum yang menjadi rujukan bagi siapa saja yang ingin mempelajari Holocaust, sudah menghadirkan fakta sejarah yang berimbang? Apakah angka-angka yang tersedia memang kredibel? Bagaimana mungkin Amerika Serikat yang menjadi musuh Jerman pada perang dunia pertama dan kedua sudi untuk membangun museum tersebut di tanah mereka, jika bukan untuk memelihara kebohongan selamanya?

Kematian Hitler dalam Berbagai Versi

Versi Jerman : Hitler bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri, sedangkan Eva Braun -istrinya, mati setelah disuruh menggigit kapsul sianida.

Versi Rusia : Atas perintah Stalin yang masih curiga terhadap kematian Hitler, pada Mei 1945 sebuah tim forensik Rusia menggali kuburan yang diduga terdapat mayat Hitler. Hasilnya, ada bagian tengkorak yang hilang, tampaknya akibat tembakan bunuh diri. Kepingan rahang yang tersisa cocok dengan rekaman gigi Hitler -menurut asisten dokter gigi Hitler yang tertangkap. Dan, mayat itu hanya memiliki satu buah zakar. Setahun kemudian, potongan tengkorak yang hilang berhasil ditemukan. Meski demikian, Rusia meyakini bahwa kematian Hitler masih misteri.

Versi Konvensional : Peneliti Amerika telah melakukan analisis DNA pada tulang tengkorak Hitler yang dipamerkan di Mokswa pada tahun 2000. Ternyata, menutut Nick Bellantoni, arkeolog dari Universitas Connecticut, Amerika Serikat, tengkorak itu berhubungan dengan seorang perempuan berusia antara 20 sampai 40 tahun. Terlihat secara kasat mata, tulang tersebut kelihatan sangat tipis, sedangkan tulang tengkorak laki-laki lebih kuat. Selain itu, persambungan di mana lempengan tengkorak itu menyatu tampak berhubungan dengan seseorang yang berusian kurang dari 40 tahun. Padahal, Hitler pada April 1945 berusia 56 tahun. Begitu juga dengan Eva Braun, tengkorak itu tidak mungkin milik Braun yang berusia 33 tahun. Sejauh ini, belum ada bukti yang benar-benar meyakinkan bahwa tulang tengkorak tersebut adalah milik Hitler.

Versi Indonesia : Adolf Hitler = dr. Poch
Seorang wartawan senior Pikiran Rakyat, Enton Supriyatna mewawancarai Sosrohusodo (seorang dokter lulusan Universitas Indonesia yang menuliskan satu artikel yang mencenangkan di Pikiran Rakyat pada tahun 1983).

“Saya ini sudah tua. Akan tetapi, saya masih memiliki satu beban besar yang hingga kini belum terungkap, yaitu mengenai diktator Jerman, Adolf Hitler,” kata Sosrohusodo saat berbincang dengan Enton di rumahnya, Jl. Setiabudhi, seberang kampus UPI Bandung.

Dari perjumpaannya dengan Dr. Poch, Sosrohusodo mengetahui jika kaki kiri dokter tersebut tidak normal. Kalau berjalan harus diseret. Sementara, tangan kirinya selalu gemetar. -Hidup dan Mati Adolf Hitler, hal 148

Hal lain yang membuat Sosrohusodo heran, ternyata dr. Poch tidak memiliki ijazah kedokteran dan tidak memiliki lisensi apapun dalam bidang kesehatan. “Poch ternyata tidak menguasai dunia medis, saya tau itu (karena pernah memancing percakapan dengan dr. Poch soal kesehatan). Lalu siapa yang mengangkatnya menjadi pimpinan rumah sakit tersebut? Tentu tidak sembarang orang bisa menjadi pimpinan salah satu lembaga penting seperti itu,” kata Sosrohusodo

Ciri-ciri Fisik Terakhir Hitler
Sosrohusodo pernah memeriksa dr. Poch dan diketahui ia menderita penyakit parkinson yang muncul karena trauma psikis -dr. Poch membenarkan hal itu. Ketika ditanya sejak kapan, dr. Poch malah bertanya kepada istrinya dalam bahasa Jerman, lalu istrinya menjawab, “Penyakit kamu muncul sewaktu tentara Jerman kalah perang di Moskow. Ketika itu, Goebbels memberi tahu kamu dan kamu memukul-mukul meja”. Siapakah Goebbels? Apakah yang dimaksud Joseph Goebbels, Menteri Propaganda pada pemerintahan Hitler? “Tidak tahu keceplosan atau bagaimana, beberapa kali istrinya memanggil Poch dengan sebutan “Dolf”. Apakah itu merupakan kependekan dari “Adolf” atau bukan? Saya tidak tahu pasti. Namun itulah yang saya dengar langsung,” kata Sosrohusodo.

Seorang  keponakan Sosrohusodo pernah berkunjung ke Bandung dan memperlihatkan majalah Zaman edisi No.15 Januari 1980 kepadanya. Di sana terdapat artikel yang ditulis Heinz Linge, bekas orang dekat Hitler yang berjudul “Cerita Nyata Hari Terakhir Seorang Diktator.” Pada artikel tersebut, Heinz Linge menulis, “Beberapa orang di Jerman mengetahui bahwa Fuhrer (Hitler) sejak saat itu, kalau berjalan maka ia akan menyeret kakinya, yaitu kaki kiri. Tangan kiri Hitler pun mulai gemetar, kira-kira pada waktu pertempuran di Stalingard yang tidak membawa keberuntungan bagi tentara Jerman”. Ciri-ciri fisik sebelum Hitler dinyatakan mati tersebut, tentu saja sesuai dengan apa yang dicirikan oleh Sosrohusodo mengenai dr. Poch.

Pernyataan Aries Zulkarnain, Warga Sumbawa
Selain Sosrohusodo, Aries Zulkarnain juga memberikan kesan ketika dirinya bertemu dengan dr. Poch. “Dia pemarah, banyak memberi resep dengan mulut (menyebutkan nama obat). Tapi, kalau ada yang tanya lagi, dia bilang, kan saya sudah bilang!” kata Aries ketika dihubungi VIVAnews, Senin 22 Februari 2010. Juga, saat pasien dr. Poch menyebut penyakit yang mereka derita, dr. Poch sering membalas dengan gertakan “Apa kamu dokter?” Hal yang paling menonjol dari dr. Poch menurut Aries, adalah caranya menyetir mobil Jeep kap terbukanya. “Jalan-jalan di Sumbawa dulu belum bagus, tapi ia menyetir dengan satu jari. Luar biasa. Itu tanda-tanda ia mantan tentara,” tambah Aries. “Ia sangat energik, kelihatan sekali tentaranya. Warga saat itu sudah mengira ia mantan tentara Nazi,” jelas Aries.

Perjalanan Pelarian “Hitler” ke Sumbawa
Sosrohusodo dengan ketekunannya, berhasil menyimpan dokumen-dokumen autentik berupa foto pernikahan, paspor, dan buku harian dengan tulisan steno. Semua itu ia terima dari nyonya Sulaesih, yang diduga merupakan seseorang yang disuruh oleh Helena -yang diketahui sebenarnya adalah Eva Braun- untuk mengurusi segala keperluan dr. Poch, sementara Helena kembali ke Jerman karena tidak cocok dengan iklim Sumbawa. “Mungkin artinya saya harus menikah dengan dr. Poch”, ujar Sulaesih.

“Tulisan steno pada catatan harian tersebut adalah stenografi Jerman yang sudah kuno, namanya Gabelsberger dan sudah 60 tahun tidak dipakai lagi,” tutur Sosrohusodo. Sosrohusodo menyurati penerbit buku steno di Jerman, dan seorang ahli steno Gabelsberger berhasil menerjemahkannya dalam bahasa Jerman. Judul catatan tersebut diketahui, “Keterangan Singkat tentang Pengejaran Perorangan oleh Sekutu dan Penguasa Setempat pada Tahun 1946 di Salzburg”.

Pada catatan tersebut, terdapat abjad-abjad yang dituliskan dengan huruf besar yang kemungkinan merupakan rute pelarian Hitler dan istrinya. Huruf-huruf itu adalah B, S, G, J, B, S, R. Menurut Sosrohusodo, cara menyingkat tulisan itu merupakan kebiasaan Hitler dalam membuat catatan yang ia temukan pula pada literatur lain yang ia baca. Kedua insan itu memulai pelariannya dari B (Berlin), lalu S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Beogard), S (Sarajevo) dan R (Roma). Sosrohusodo membacakan hasil  terjemahan dari catatan harian itu, “Pada hari pertama di bulan Desember, kami harus pergi ke R untuk menerima surat paspor yang kemudian berhasil membawa kami meninggalkan Eropa”. Keterangan ini sesuai dengan data paspor dr. Poch yang menyebutkan paspor bernomor 2624/51 di berikan di Rom (tanpa huruf akhiran a).

Tentang pelarian Hitler, Sosrohusodo menyimpan kisah yang didengar dari masyarakat tempatnya bertugas di Sumbawa. Masyarakat di sana bercerita, pada suatu ketika, mereka melihat munculnya kapal selam dari laut yang disusul dengan pendaratan sebuah wahana yang berbentuk bulat. Sosrohusodo sangat yakin, orang sebesar dan sepenting Hitler pasti memiliki pengikut setia. Mustahil jika mereka tidak memiliki strategi penyelamatan luar biasa atas pemimpin tertinggi mereka. “Jadi bukan sesuatu yang tidak mungkin jika pengikutnya memilih Pulau Sumbawa di Indonesia. Sebab saat itu Indonesia boleh dibilang sebagai wilayah yang masih terbuka untuk dijadikan tempat persembunyian. Lokasi pulau Sumbawa juga begitu jauh dari benua Eropa,” ujar Sosrohusodo beralasan.

Selain Sosrohusodo dan Aries, masih ada saksi lain bernama Ahmad Zuhri Muhtar, yang tidak lain adalah pasien dari dr. Poch sendiri. Pengalaman paling menariknya dengan dr. Poch yaitu sempat digendong oleh dr. Poch ketika naik dari boot ke atas kapal milik dr. Poch yang bernama Hope, yang difungsikan menjadi kapal rumah sakit yang memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat.

Dokter Poch tidak merokok dan juga sangat tidak suka dengan orang yang merokok -sesuai dengan ciri-ciri Adolf Hitler. Suatu ketika, ia bertandang ke rumah paman Muhtar yang ketika itu ia sedang menghisap rokok. Langsung saja dr. Poch mengambil rokok tersebut dari mulutnya. Muhtar pun masih ingat kata-kata dr. Poch kepada pamannya (Haji Muhammad Zain Anwar) saat itu, “Pak Zein mau cepat mati?”

Di akhir kematian Hitler versi Indonesia, disebutkan bahwa dr. Poch meninggal pada 15 Januari 1970, pukul 19.30 WIB dalam usia 81 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya Akibat Serangan Jantung. Dokter Poch dimakamkan keesokan harinya di pemakaman Desa Ngagel. Tertulis dalam nisannya, dr. Poch meninggal pada 16 Januari 1970. Ia dimakamkan dengan adat Islam, dikarenakan ia adalah telah bersumpah dengan nama Allah yang Maha Besar dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah, ketika akan menikahi Sulaesih.

Hitler Pelaku Sekaligus Korban

            Hitler, dapat dikatakan ia merupakan orang yang paling kalah para perang dunia kedua. Setelah kalah, ia menjadi buruan sekutu yang bahkan kematiannya pun memiliki banyak versi. Negaranya (Jerman), diperas sedemikian tega oleh kaum Yahudi demi akselerasi pertumbuhan perekonomian, pembangunan pemerintahan dan penguatan bidang militer untuk negara Israel. Hitler memang pelaku, namun sekaligus korban. Kini dunia mengenalnya sebagai penjahat kemanusiaan nomor satu, begitupun Nazi dan pengikut-pengikutnya yang sudah tidak diterima lagi di dunia ini. Sang diktator kini dianggap tabu dan tidak layak untuk dibicarakan, diperagakan dan atau dihadirkan diranah publik -larangan resmi dari Jerman. Sejarah memang dituliskan oleh para pemenang. Maka terkutuklah si pemenang itu, dan siapapun yang tergesa-gesa percaya kepadanya.


“Sejarah hanya dimiliki bagi mereka yang menang (pihak Sekutu), sehingga tinta sejarah bisa diarahkan dan dikisahkan menurut kepentingan para pemenang tersebut”
-Agus Nur Cahyo, Hidup dan Mati Adolf Hilter, hal. 172


Sumber Buku Utama :
Agus Nur Cahyo, Hidup dan Mati Adolf Hitler, 2017.
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Sambutan Ketua Panitia BTS

Film Sang Pemimpi Resensi

Stop Instanisasi Pengetikan!