SUDUT PANDANG YANG BERBEDA; Berbicara dengan Soe Hok Gie
Kau lihat (Soe Hok) Gie? Mereka dengan gagahnya berdiri tegak di depan gedung DPR untuk mengkritisi kebijakan rezim yang sebentar lagi akan menjadi 'anti kritik' (RUU KUHP nomor 218 ayat 1). Ya, bahkan tidak menutup kemungkinan ke depannya akan menjadi rezim 'anti saran', dan meningkat ke 'anti komentar'. Apabila dikomparasikan, tentu saja jumlah massa mu tidak ada apa-apanya dengan jumlah massa aksi kami kali ini. Tapi dari segi kekuatan, sudah barang tentu kami kalah jauh dari massa aksimu karena disokong oleh Tentara (baca : Angkatan Darat) yang sefrekuensi dengan massa mu, yaitu Anti-Soekarno. Itu juga yang menjadikanmu (Gie), aktor pergerakan intelektual 1966 yang tiada duanya bahkan sampai saat ini, yang pengaruhnya bukan hanya mampu menggerakan elemen mahasiswa dan masyarakat, tapi juga tubuh TNI-AD.
Tapi ketahuilah, masamu sudah lama berakhir, dan ini adalah masanya kami untuk meneruskan pergerakanmu, cita-cita tuntutan Tritura (untuk menggulingkan rezim Soekarno) sekaligus tuntutan Reformasi (untuk menggulingkan rezim Soeharto). Tapi kali ini keadaan berbeda. Lawan kami jauh lebih kuat dan masif. Kami melawan legislatif, dan bahkan melawan eksekutif yang telah dipilih oleh elektorat dengan jalan-jalan demokrasi (yang sayangnya dicurangi) akan tetapi tidak menghasilkan produk kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Berdasarkan hal tersebut maka timbul pertanyaan, setelah kami memberikan suara secara demokratis untuk menaikkan mereka (legislatif, eksekutif) ke kursi pemerintahan, lantas apa alasan mereka untuk mengkhianati kepercayaan kami? (Soe Hok) Gie, kau memang kini tinggal nama. Tapi api semangatmu akan tetap berkobar dan menyala-nyala, serta bertransformasi menjadi energi yang mampu menggerakan massa aksi yang masih memiliki hati nurani. Lihatlah Gie, publik banyak menyoroti gerakan kami. Selebriti juga banyak menuai simpati dan empati. Kami juga banyak bersyukur karena beberapa perwakilan mahasiswa (presma BEM Trisakti, UI, IPB, UGM) berkesempatan untuk berbicara di program talkshow dibidang hukum dan kriminal di Indonesia yang sangat prestisius, yaitu Indonesia Lawyers Club.
Dengan dipandu langsung oleh moderator sekaligus reporter senior, bung Karni Ilyas, dan dihadiri oleh Menkumham, pak Prof. Yasonna Hamongan Laoly, S. H., M. Sc., Ph. D.. Mereka (presiden mahasiswa) yang kemarin lidahnya mewakili massa aksi kami yaitu :
1) Dino Ardiansyah (Trisakti)
2) Atiatul Muqtadir (UGM)
3) Manik Marganamahendra (UI)
4) Royyan Abdullah Dzaky (ITB)
Setiap tokoh memang ada masanya dan setiap masa ada tokohnya. Tapi aku sadar dan paham betul, ini gerakan kolektif. Aku pun tidak bermaksud melakukan penokohan kepada siapapun. Termasuk juga kepada dirimu, yang andai saja kau masih hidup hingga saat ini, boleh jadi kau yang duduk di bangku DPR, menemui utusan kami dan melakukan audiensi. Membius dan menghipnotis jutaan pasang mata yang menyaksikan kau beretorika -baik secara tatap muka maupun melalui media sosial-, lalu memelintir mosi tidak percaya menjadi percaya sepenuhnya.
Begitupun dengan tokoh-tokoh dalam gerakan ini. Berkaca pada sejarah yang telah melahirkan tokoh-tokoh politik yang dulunya merupakan aktivis pergerakan yang -pada masanya- dengan lantangnya mengkritik kebijakan pemerintah. Untuk itulah, aku tidak akan fanatik kepada siapapun, dan bersamaan dengan ini aku juga menghimbau kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan untuk tidak terlalu memuji atau membenci pihak manapun.
Kemudian Gie, aku juga rasa-rasanya ingin menyampaikan pesan kepada mereka yang belum berkesempatan untuk turun ke jalan. Senada dengan perkataan sobat karibku @afadhlir, pesanku yaitu berpegangteguhlah pada ilmu yang saat ini kalian tuntut, penuhi sumpah profesi dan tekunilah bidang masing-masing.
Jujur saja aku sedikit sedih karena belum berkesempatan menghadiri langsung aksi kemarin -walaupun aku dan temanku @yudhibs sudah sampai di GBK pukul 15.00 WIB. Akan tetapi, setidaknya kami telah membuktikan kepada diri sendiri, tentang kepada rakyatlah kami berpihak.
Perjuangan tidak berhenti dimomentum kemarin saja. Kesedihanku kemarin justru melahirkan tekad api untuk membawa semangat pergerakan pada bidang yang ku geluti. Yang bisa ku lakukan kedepannya yaitu memberantas prilaku korupsi sejak dari SD (seperti mengambil barang tanpa izin, berbohong, mencontek, dll). Dengan membawa semangat pergerakan dalam bidang masing-masing, aku yakin akan tercipta tatanan masyarakat dan pemerintahan yang benar-benar adil dan beradab. Selaras dengan amanah pancasila ayat kedua.
Dariku,
Ketua Badan Eksekutif SD se-Rawamangun
#PanjangUmurPerjuangan
#ProRakyat
#TolakRUUKUHP
#TolakRUUKPK
Komentar
Posting Komentar